A. Berawal
dari Teh Hijau
Ketika memasuki usia
38 tahun, saya mulai membiasakan diri minum teh hijau, didasari hobby nge-teh
& keinginan untuk memelihara kesehatan. Sebelum mengenal teh hijau saya
biasa menikmati teh hitam dalam bentuk teh celup maupun teh tubruk..namun tidak
rutin.
Seiring waktu berlalu dalam
menikmati teh hijau….merk teh nya pun sering berganti-ganti. Kalau lagi keluar
kota dan mampir ke toko oleh-oleh
kemudian terlihat ada teh hijau apapun merknya biasanya saya langsung
pilih-pilih dan beli. Di Jakarta pun demikian, kalau lagi ke modern market dan liat etalase teh, saya
biasa langsung mendekat – amati – pilih dan beli.
Membuat minuman teh hijau ini dari menuang teh
kedalam gelas sambil masak air sampai mendidih kemudian air dituang langsung ke gelas trus jika mulai dingin baru
dinikmati…akhirnya lama-kelamaan tau juga seni-nya membuat seduhan teh yang
semestinya. Ternyata air yang sudah mendidih tidak dituang sampai gelas penuh
namun tuang sedikit kemudian sekitar 1 menit air dibuang dengan teh hijau nya
tetap tertinggal di gelas. Barulah dituang lagi airnya kedalam gelas secukupnya
kemudian jika tingkat panas nya sudah bisa diminum tibalah waktunya menikmati
teh hijau.
B. Pencarian
Teh Putih
Setelah 3 tahun menikmati teh
hijau, saya membaca suatu artikel di koran bahwa diatas teh hijau itu ada teh Putih yang
sangat tinggi kasiatnya. Disebutkan bahwa di Indonesia hanya ada satu
perkebunan yang menghasilkan teh putih namun tidak dijual didalam negeri. Teh
putih tersebut di ekspor ke luar negeri dan menurut sumber tersebut banyak
dinikmati oleh kerabat dilingkungan
kerajaan Inggris termasuk Ratu Elizabeth. Saat membaca artikel itu rasa
“gengsi” saya muncul…apa iya orang Indonesia tidak mampu beli teh putih.
Setelah itu cukup lama saya tidak
mendapat informasi tambahan mengenai Teh Putih. Pas liburan pulang
kampung, saya diajak mampir ke pabrik teh ditempat kakak ipar saya bekerja dan
berkesempatan keliling liat proses produksi . Salah satu pemandangan
didalam pabrik yang saya ingat yaitu ketika para pekerja sedang menyortir bunga
melati yang aroma nya akan dipakai pada
hasil produk teh nya. Ketika saya tanyakan ke kakak ipar soal teh putih, ternyata beliau yang sudah
lama bergelut dipabrik teh malah tidak tau tentang teh putih.
Dilain waktu, Ketika tugas kantor ke
Malang, staff saya punya temen deket yang bekerja di perkebunan teh. Bahas
tentang keberadaan teh putih juga nihil alias tidak tau. Hanya satu info yang
saya inget yang mereka katakan kalau teh hitam yang banyak dikonsumsi
dimasyarakat itu adalah teh kualitas nomor 6…. Waduuh.!!!
Cukup lama saya memendam rasa pingin
tau keberadaan teh putih, namun tidak pernah kepikiran hunting via internet.
Baru…sekitar
bulan Mei 2013 saya baca artikel diharian Kompas, ada 2 info yang saya dapatkan yaitu :
-
Ada gerai di Plaza Indonesia yang menjual teh putih seharga Rp.550.000,-
per 50 gram nya.
- Penghasil Teh putih atau white tea
terbaik di dunia hanya di 3 lokasi yaitu di India, China & Indonesia. Untuk Indonesia hanya ada di Gamboeng,
Bandung Selatan.
Langsung
saya putuskan akan ambil cuti diliburan anak sekolah diawal bulan Juli untuk jalan-jalan
ke sekaligus mengunjungi pabrik teh dimaksud.
C.
Menemukan Teh Putih
Jalan
berliku karena harus beberapa kali bertanya untuk bisa mencapai lokasi,
akhirnya sampai juga. Ke tujuan. Dibantu petugas security pabrik, saya dan
keluarga diberikan kesempatakan :
1. Menemui Manager Pemasaran, dan
mendapat informasi yang luar biasa bagi saya tentang segalanya mengenai Teh putih. Itu moment pertama
saya bisa liat langsung wujud teh putih.
2. Masuk dan keliling pabrik dipandu
oleh kepala bagian produksi, sambil diberikan penjelasan. Saya cukup menikmati pengalaman melihat
lansgung proses produksi dari pertama
kali daun teh diturunkan dari truk setelah dipetik. Kemudian masuk ruang pengasapan lanjut pencacahan..dan
seterus nya sampai proses terakhir menjadi wujud teh seperti yang biasa kita liat.
Proses produksi yang saya ikuti tadi adalah untuk produksi teh hitam nya.
3. Saya diajak ke satu ruang pajang
yang menampilkan urutan kualitas teh dari nomor satu sampai nomor sebelas. Teh Putih berada di urutan nomor
satu kemudian turun ke beberapa jenis teh berikutnya, saya tidak hafal namun
disitu ada jenis teh hijau, kemudian teh
hitam masuk dalam urutan dibawahnya.
4. Untuk Teh Putih tidak melalui
proses produksi seperti tadi namun ada perlakuan khusus, yaitu pucuk teh (
bukan daun ) dan bener – bener pucuknya yang dipetik pagi-pagi sekali dan harus berakhir pk.06.30 wib. Pucuk teh
tersebut kemudian diolah secara alami yaitu dikeringkan dengan panas matahari
langsung tanpa proses pengasapan sepeti pada produksi teh hitam.
“Sejak itu saya beralih
mengkonsumsi teh putih sampai sekarang”